Web Video 9.1

Resource added
Batara Corona and Kyai Gardala in the performance by Ki Catur Kuncoro (2020) posted on YouTube.

Full description

This wayang kulit (shadow puppet) performance is spoken in Javanese with Indonesian subtitles. It portrays an encounter between Batara Corona, an embodiment of the Coronavirus, and Kyai Gardala, a brave fighter. Kyai Gardala captures Batara Corona and threatens to kill him, asking him where he would like to be buried. A conversation develops in which Batara Corona explains that it is not him but humans themselves responsible for the pain and suffering of the Coronavirus. This he attributes to moral shortcomings and lack of faith and says he comes as a messenger to remind humans that they need to live in balance in the world, and not pollute the earth, among other things.

Performed by Dalang Ki Catur Benyek Kuncoro, Yogyakarta Senin 1 Juni 2020.

Transcription:
Mana yang bernama Kyai Gardala?
Majulah, hadapi kesaktian Batara Kopid!
Wah, nama kok jelek. Sama sekali tidak gagah.
Hadapilah Batara Corona!
- Music -
Manusia setengah garuda.
Ayo majulah, kuantar nyawamu ke neraka jahanam!
Baiklah, engkau yang telah membuat geger di Nusantara.
Jika tak mau pergi, jangan tanyakan dosamu.
Ajalmu segera tiba, Gardala!
- Music -
Kuinfeksi kamu.
Kuinjeksi.
Ini air-ludahku mengandung racun.
Mampus kau, Gardala!
- Music -
Ayo, minta ampunlah kamu.
Sudah ketangkap, mampuslah kamu Corona!
Kamu sudah diringkus oleh juraganku.
Makanya, kemarin sudah kuberitahu, sudahi perbuatanmu yang bikin geger, tapi kamu bandel!
Pulang setelah cukup kebutuhanmu. Bandel!
Aduh, aku kapok Gardala!
Kau pukul dengan apa kepalaku, kok jadi pusing begini?
Kamu pusing itu karena belum dapat jatah makan!
Wah, sudah. Aku sudah nambah dua kali.
Aduh, aku bertobat Gardala.
Lhaiya, kamu tuh yang membuat pekerjaanku kacau.
Engkau yang menyebabkan beberapa seniman jualan semangka.
Sepertinya, malam ini pentas yang pertama kali.
Kok malah jadi curhat di sini!
Ya bukannya curhat….
Sudah, Den. Raksasa bentuknya kayak gitu itu.
Langsung dibunuh saja, atau gimana.
Aku minta ampun, Gardala.
Ternyata kekuatanmu tak sebagaimana yang kubayangkan.
Setahuku, kalau sudah kugigit kau akan kena impeksiku.
Impeksi itu apaan? Infeksi!
Kukira kau jatuh kena racunku, tapi nyatanya kamu kuat.
Batara Corona, hari ini akan kuantar nyawamu ke neraka.
Ini hari terakhirmu, engkau punya permintaan apa?
Iya, kamu minta dikubur dimana? Di bawah jembatan layang?
Hwaduh, jangan. Bising. Nanti aku tak bisa istirahat tenang.
Wong makhluk macem kamu kok minta cem-macem.
Tak masuk akal, Batara Corona kok minta dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
Gardala, aku mau saja kau bunuh, apalagi jika pun aku mati ditangan ksatria berbudi luhur sepertimu, aku bangga dan rela.
Namun, jika engkau punya belas kasihan, sebelum kau bunuh aku, ada hal ingin kusampaikan untuk kalian.
Minta waktu pidato, meski cuma dua menit.
Baik, kuberi waktu, jika engkau punya permintaan terakhir.
Gardala, jika kamu beri waktu, akan ku ungkapkan apa yang jadi isi-hatiku.
Baik, katakan segera Batara Corona.
Aku tak bakal melawan, malah merasa bangga, namun ada satu hal ingin kusampaikan padamu Gardala.
Moga jadi pengetahuanmu, dan kalian puna-hewan!
EGP! Kamu yang bikin kacau kok, ngasih pesan segala, kalau mau mati, ya cepetan.
Huh, bikin celaka orang, tiga bulan disuru dirumah saja, tahu-tahu (PSBB) dilonggarkan begitu saja! Tiga bulan pengorbananku jadi sia-sia!
Kalau nggak live-streaming, sudah ku maki-maki kok!
Ya, tidak boleh seperti itu.
Ya segera katakanlah.
Semoga menjadi pengertianmu, Gardala, sejatinya
Apa yang kulakukan ini hanyalah menjalankan kewajiban sebagai makluk ciptaan Tuhan.
Aku menjadi wakil jagat-raya untuk mengingatkan keterkaitannya dengan jagat-kecil, ialah hati manusia.
Maka jika kematianku nanti membuat lega banyak orang se-dunia, aku ikhlas, aku rela, Gardala.
Namun, aku juga mohon, engkau bisa mengingatkan sesiapa, sebab manusia itu harus bisa mencari dan mengerti, sehingga bisa memahami apa sesungguhnya makna kejadian ini.
Jangan gampang mengumbar hawa-nafsu. Bersihkanlah jiwa dan raga manusia.
Agar bisa membangun indahnya persaudaraan dengan saling mengasihi bagi sesama makhluk.
Juga kepada alam-semesta yang menjadi jagat kehidupan. Jangan mengotori, apalagi merusak bumi titipan yang Kuasa.
Terakhir, ingatkan umat manusia selalu dekat kepada Tuhannya.
Agar ingat pada asal usulnya.
O, jagad Dewa Batara Pemberi Berkah Semesta, jika demikian, aku berjanji akan melaksanakan katamu, Corona.
Ya, Gardala, habis sudah yang ingin kusampaikan hari ini.
Jika sejatinya memang demikian, aku hanyalah cerminan kehidupan apa sejatinya manusia itu.
Aku pasrah hidup-matiku, antarkan aku ke asal-mulaku.
Arkian, ketika mendengar ungkapan Batara Corona, mendadak sontak Gardala terdiam, berdiri kaku.
Tak mengira demikian mulia Batara Corona, yang diviralkan berhati bengis dalam membuat kematian.
Perlahan, makin kendor cengkeraman Gardala pada Batara Corona, hingga terhindar dari ancaman kematian.
Saat itu juga, Kyai Gardala segera berbisik pada Batara Corona.
Di dekatkan mulutnya pada telinga Batara Corona.
Kyai Gardala, terimakasih, engkau tak jadi membunuhku.
Aku mengerti apa yang kau bisikan padaku, hari ini kita saling berdampingan, tanpa saling mengganggu.
Teguhlah dalam pengabdianmu, aku juga tak akan mengganggu pada sesiapa saja.
Kita jalan beriringan, teruskan langkah hidupmu, Gardala.

  • type
    Video
  • created on